Pages

Ads 468x60px

Headlines News :

Kamis, 29 November 2012

Equisetum giganteum




Equisetum giganteum
Equisetum giganteum termasuk anggota genus Equisetum, familia Equisetaceae dari ordo Equisetales yang merupakan satu-satunya anggota kelas Equisetinae atau Equisetopsida dari subfilum Sphenopsida yang masih dapat ditemukan dalam keadaan hidup saat ini. Ordo lainnya seperti Sphenophyllales dan Calamitales telah punah sehingga hanya dapat dilihat dari fosil yang terbentuk. Genus Equisetum memiliki anggota kurang lebih 25 spesies.
Dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan            :Plantae
Divisi     :Pteridophyta
Kelas      :Equisetopsida
Ordo      :Equisetales
Famili     : Equisetaceae
Genus    : Equisetum
Spesies   : Equisetum giganteum
Kata Equisetum berasal dari kata equus yang berarti kuda dan saeta yang berarti rambut tebal dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan yang termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah pinggiran sungai, atau daerah rawa. Tumbuhan ini rata-rata berukuran kecil dengan tinggi sekitar 25 – 100 cm dan diameter batang tidak pernah lebih dari 3 cm, meskipun beberapa anggotanya yang hidup di Amerika yang beriklim tropis ada yang bisa tumbuh mencapai 6 hingga 8. Anggota dari genus ini dapat dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika.
Karena kandungan silikatnya yang cukup tinggi pada bagian batangnya, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyikat. Akhir-akhir ini, beberapa spesies dari Equisetum juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.
A.    Struktur Morfologi Umum
Bagian dari tumbuhan ini yang paling menonjol dan mendominasi tubuhnya adalah bagian batang. Pada beberapa spesies batang-batangnya tumbuh bertahun-tahun, sedangkan pada spesies lainnya hanya terbatas pada satu musim dan dimulai pada saat awal musim semi. Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berbuku, berlubang pada bagian tengahnya dan bergabung secara jelas serta dengan mudah dapat dipatahkan pada ruasnya. Untuk selanjutnya, buku pada batang Equisetum ini disebut dengan nodus, sedangkan ruas disebut dengan internodus.
Pada beberapa spesies dari Equisetum, sporofit yang telah dewasa membentuk batang berongga yang memiliki dua tipe yang berbeda. Salah satunya pendek, tidak bercabang, tanpa klorofil, dan memproduksi spora di bulan April atau awal Mei. Batang ini disebut sebagai batang generatif (fertil). Lainnya merupakan batang steril (disebut pula batang vegetatif), berwarna hijau, dan terus tumbuh sepanjang musim. Batang ini juga berperan sebagai organ fotosintesis menggantikan daun, karena daun pada semua anggota tumbuhan ini tereduksi sehingga hanya berupa bentukan menyerupai sisik yang menutupi nodus dan tidak mengandung klorofil. Namun pada spesies yang lain (contohnya pada Equisetum hyemale), hanya terdapat satu tipe batang yaitu batang hijau berongga yang menghasilkan bentukan seperti kerucut pada bagian ujungnya (apeks), sehingga batang ini berperan ganda baik sebagai batang generatif maupun vegetatif.



B.     Struktur Anatomi
Bagian tengah dari batang mula-mula ditempati oleh pith, yang kelamaan akan menghilang, sehingga bagian tengah pada batang yang telah tua akan berlubang. Jaringan permanen dari batang terdiri dari epidermis, korteks, dan berkas pembuluh, berbentuk silinder tipis yang mengelilingi rongga sentral. Disamping lakuna sentral atau kanal tersebut, pada batang Equisetum biasanya terdapat juga dua tipe kanal longitudinal. Pertama adalah kanal (rongga) vallecular yang terletak pada bagian korteks, masing-masing terhubung dengan alur longitudinal dari batang. Yang kedua adalah kanal carinal yang masing-masing berhubungan dengan ikatan pembuluh dan letaknya lebih dalam.
Pada bagian korteks sebelah luar, terdapat serat-serat sklerenkim. Sklerenkim inilah yang berperan dalam menegakkan batang. Selain pada epidermis, pada serat-serat sklerenkim ini juga banyak mengandung silikat. Klorenkim juga ditemukan pada bagian ini. Klorenkim merupakan spesialisasi dari parenkim yang memiliki klorofil. Di sinilah tempat fotosintesis pada batang berlangsung.
Sistem vaskular tersusun oleh ikatan kolateral yang menyusun sifonostele. Pada bagian antar ruas, ikatan pembuluh dapat dibedakan dengan jelas dan menempati suatu ruang yang luas yang salah satunya berada di bawah rongga superfisial dari batang. Pada bagian internodus, ikatan pembuluh membentuk lingkaran dari jaringan tersebut. Masing-masing ikatan pembuluh terdiri dari xilem primer dan floem. Ketika floem sudah terbentuk dengan baik, xilem masih sedikit dan pertumbuhannya kurang. Pada umumnya, tidak ada kambium atau jaringan sekunder yang terbentuk pada Equisetum. Jaringan endodermal biasanya muncul dan tumbuh dengan baik pada batang. Jaringan ini terdistribusi dengan banyak cara. Ada yang berupa endodermis tunggal eksternal pada sistem vaskular. Ada pula yang berupa endodermis eksternal dan internal. Atau bila endodermis yang berkelanjutan tidak terbentuk, masing-masing ikatan pembuluh akan dikelilingi oleh jaringan endodermis.
Di bawah ini merupakan irisan melintang dari batang Equisetum :
penampang batang
Cabang dari Equisetum muncul dari tunas adventif yang terbentuk dari nodul batang. Daun-daun membentuk lingkaran pada bagian nodul dan biasanya berupa struktur kecil yang bergabung untuk membentuk pelepah bergerigi yang mengelilingi batang. Akarnya kecil dan liat, menunjukkan adanya ikatan pembuluh tunggal, dengan jaringan yang tersusun secara radial. Akar diperkirakan muncul dari bagian basal dari primordia cabang batang, tidak langsung dari jaringan yang terdapat pada batang utama. Pertumbuhan sporofit dilakukan oleh bagian pertengahan ujung dari sel apikal yang berbentuk seperti piramid yang berada pada ujung batang dan akar. Sel apikal ini merupakan meristem primodial dan berperan dalam pembentukan sel baru yang menyusun jaringan dari organ-organ ini.
Organ yang menghasilkan spora pada Equisetum terkumpul pada bentukan tertentu seperti kerucut yang berada pada bagian apeks dari batang. Kerucut ini berisi poros sentral utama yang terspesialisasi dengan struktur penghasil dan penunjang sporangium, dinamakan sporangiofor, terbentuk di gelungan-gelungan tersebut. Masing-masing sporangiofor terdiri dari lempengan heksagonal, menempel pada kerucut dengan bantuan tangkai pendek. Beberapa ahli botani menganggap sporangiofor sama seperti sporofil, yaitu daun khusus penghasil spora. Namun yang lain percaya bahwa sporangiofor merupakan struktur batang khusus atau merupakan perpaduan antara daun dan batang. Apapun interpretasi yang tepat dari sporangiofor, sporosit diploid pada sporangia mengalami meiosis dan membentuk tetrad dari spora-spora haploid yang semuanya sama.
C.  Reproduksi
Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n).


 





Gametofit memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium, atau satu jenis alat reproduksi, yaitu anteridium saja atau arkegonium saja. Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid (n). Anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n).
D.  Manfaat Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku memiliki beberapa nilai ekonomis bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:
1.      Tanaman hias, contohnya suplir dan paku ekor kuda
2.      Bahan obat-obatan.















DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Kimball, John W. 1999. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Bold, Harold C. 1987. The Plant Kingdom Fifth Edition.
Aryulina, Diah dkk. 2007. Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta : Esis.


0 komentar:

Posting Komentar