Pages

Ads 468x60px

Headlines News :

Kamis, 29 November 2012

JEROME BRUNER, BELAJAR PENEMUAN



JEROME BRUNER, BELAJAR PENEMUAN

A.  BRUNER DAN TEORINYA
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.
Bruner rupanya tidak mengembang suatu teori belajar yang sistematis yang penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan,dan mentransformasi informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari belajar. Oleh karena itu, bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan kepadanya.

1.      Empat Tema tentang Pendidikan
Dalam bukunya, Bruner mengemukakan empat tema pendidikan. Tema pertama mengumukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Tama kedua ialah tentang kesiapan untuk belajar. Tema yang ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Tema keempat dan terakhir ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada guru untuk merngsang motivasi itu.

2.      Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama ialah, bahwa prolehan pengetahuan merupakan sustu proses interaktif. Asumsi kedua ialah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan dan diperoleh sebelumnya suatu model awal, model bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Ausubel.
Pendekatan Bruner terhadap belajar dapat diuraikan sebagai sustu pendekatan kategorisasi. Karena kategiri kita dapat mengenal obyek baru. Selanjutnya yang penting menurut Bruner ialah kategorisasi dapat membawa kita ketingkat yang lebih tinggi yang lebih tinggi daripada informasi yang diberikan. Ringkasnya, Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangansuatu system pengkodean.

3.      Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan, bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hamper bersamaan. Ketiga proses iti ialah memperoleh informasi baru, transformasi informasi, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Informasi baru dapat merupakan penghalusan dan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan.
Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang Bruner sebagai berikut :
-          pertumbuhan intelektual ditunjukan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus.
-          Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu simpanan yang sesuai dengan lingkungan.
-          Pertumbuhan intelektual menyagkut peningkatan kemampuan seseorang untu berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain dengan pertolongan kata-kata dan symbol-simbol, apa yang telah dilakukan atau akan dilakukan.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga system keterampilan  untuk menyatukan kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga cara itu ialah :
-          Cara penyajian enaktif aialah melalui tindakan, jadi bersifat manifulatif.
-          Cara penyajian ikonik didasarkan atas pemikiran internal.
-          Cara penyajian simbolik dengan menggunakan kata-kata atau bahasa.

4.      Belajar Penemuan
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan.pemgetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan  menunjukan beberapa kebaikan. Diantaranya,
-          Pertama, kebaikan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat.
-          Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang kebih baik darpada hasil belajar lainnya.
-          Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir secara bebas.

B.  TEORI INSTRUKSI BRUNER
Dalam bagian ini akan kita bahas bagaimana pengajaran atau instruksi dilaksanakan sesuai dengan teori yang telah dikemukakan tentang belajar. Meliputi :
1.      Pengalaman-pengalaman Optimal untuk Mau dan Dapat Belajar.
Belajar dan permecahan masalah tergantung pada penyelidikan alternative. Penyelidikan alternative membutuhkan aktivasi, pemeliharaan, dan pengarahan. Kondisi untuk aktivasi ialah adanya suatu tingkatan ketidaktentuan yang optimal, setelah penyelidikanteraktifkan situasi itu dipelihara dengan membuat resiko seminim mugkin dalam penyelidijan itu.
2.      Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal.
Struktur suatu domain pengetahuan mepunyai tiga cirri dan setiap cirri itu mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Jketiga cirri iti ialah: cara penyajian, ekonomi dalam pnyajian pengetahuan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman. Dan kuasa dari suatu penyajian dapat juga diterangkan sebagai kemampuan pnyajian untuk mernghubung-hubungkan hal-hal yang kelihatannya sangat terpisah-pisah.
3.      Perincian urutan urutan penyajian materi pelajaran secara optimal
Dalam mengajar. Siswa dibimbing mellui urutan pertanyaan-pertanyaan dari suatu masalah atau sekumpulan pengetahuan  untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima, mengubah, dan mentransfer apa yang telag dipelajari.
4.      Bentuk dan Pemberian Reinforsemen.
Dalam teorinya Bruner mengemukakan, bahwa bentuk hadiah atau pujian dan hukuman harus difikirkan. Demikian pula bila pujian atau hukuman itu diberakan selama proses belajar mengajar.

C.  MENERAPKAN BELAJAR PENEMUAAN
1.      Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuaan saja. Tujuaan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka.
2.      Peran Guru
Peran guru dapat dirangkum sebagai berikut :
-          Merencanakan pelajaran yang tepat untuk diselidiki para siswa.
-          Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan.
-          Guru harus memperhatikan cara penyajian.
-          Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknbya berperan sebagai seorang pembingbing atau tutor.
-          Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan seperti kita ketahuitujuan-tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail dan tujuan-tujuan itu tidak diminta sama untuk berbagai siswa.

DAVID AUSUBEL, BELAJAR BERMAKNA

A.  BELAJAR MENURUT AUSUBEL
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa. Melalui penerimaan atau penemuaan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itupada struktur kognitifyang telah ada.
Kedua dimensi, yaitu penerimaan atau penemuaan dan hafalan ata bermakana tidak menunjukan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu continuum. Ausubel menyatakan, bahwa banyak ahli pendidikan menyamakan belajar penerimaan dengan belajar menghapal, sebab mereka berpendapat bahwa belajar bermakana hanya terjadi bila siswa sendiri menemukaan pengetahuaannya.
1.      Belajar Bermakana
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna (Ausubel, 1980). Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun kita tidak mengetahui mekanisme biologi tentang memori atau disimpannya pengetahuan, kita mengetahui bahwa informasi disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari.
2.      Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak dilakukan usaha mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. Kerap kali siswa-siswa diminta untuk mengemukakan prinsip-prinsip yang sebenarnya tidak mereka mengerti apa yang mereka katakan. Dari contoh tersebut dapat kita ketahui, bagaimana anak menghafalkan suatu prinsip tanpa mengerti apa artinya.
3.      Subsumsi dan Subsumsi Obliteratif
Selama belajar bermakna berlangsung, informasi baru terkait pada konsep-konsep dalam struktur kognitif. Untuk menekankan pada fenomena pengaitan ini, Ausubel mengemukakan istilah subsumer. Subsumer memegang peranan dalam proses perolehan informasi baru. Dalam belajar  bermakana subsume mempunyai peranan interaktif, memperlancar gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-penghalang perseptual dan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru diterima dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Menurut Ausubel dan juga Novak (1977), ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, yaitu:
1)      Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
2)      Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memeudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
3)      Informasi yang dilupakan sesudah asumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi lupa.


0 komentar:

Posting Komentar