Pages

Ads 468x60px

Headlines News :

Kamis, 29 November 2012

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PENGGUNAAN LALAT Drosophila melanogaster SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA


LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
PENGGUNAAN LALAT Drosophila melanogaster SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA





IAIN
 








Disusun Oleh :

Nama          : Eltra Cyta Ocktora
NIM            : 59461264
Kelas           : IPA Biologi D / Smt VI
Asisten        : Lulus Lusiana
 Anisa




JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2011
PENGGUNAAN LALAT Drosophila melanogaster SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA
I.         TUJUAN
1.      Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.
2.      Mengetahui lama dari tiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.
3.      Mengetahui cara menangani dan memelihara Drosophila melanogaster.

II.      LANDASAN TEORI
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan.
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992):
Kingdom
Animalia
Phyllum
Arthropoda
Kelas
Insecta
Ordo
Diptera
Famili
Drosophilidae
Genus
Drosophila
Spesies
Drosophila melanogaster
Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981).
Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.
Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:
1.      Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2.      Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
3.      Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
4.      Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5.      Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6.      Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
7.      Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
8.      Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
9.      Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.



Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain;



Betina
Jantan
1. Ukuran tubuh lebih besar dari jantan
1. Ukuran tubuh lebih kecil dari betina
2. Sayap lebih panjang dari sayap jantan
2. Sayap lebih pendek dari sayap betina
3. Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb)
3. Terdapat sisir kelamin (sex comb)
4. Ujung abdomen runcing
4. Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam

Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase pe rkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih j elas pada gambar di bawah ini.




Tahap-tahap dari siklus hidup Dhrosophila melanogaster berikut ciri-cirinya, antara lain :

Tahapan
Ciri-Ciri
Umur
Telur
Berbentuk bulat lonjong, ukuran sekitar ± 0.5 mm, berwarna putih susu, pada ujung anteriornya terdapat dua tangkai kecil menyerupai sendok yang berfungsi agar telur tidak tenggelam, biasanya terdapat pada permukaan media.
± 24 jam
Larva instar 1
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior.
Larva instar 2
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam untuk makan, memiliki spirakel anterior.
± 2 hari
Tahapan
Ciri-ciri
Umur
Larva instar 3
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas terlihat dibanding larva instar 2, memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa tonjolan pada spirakel anteriornya.
± 3 hari
Prepupa
Terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri; berwarna putih; kutikula keras dan memendek; tanpa kepala dan sayap
± 4 hari
Pupa
Tidak aktif dan melekatkan diri pada dinding botol, berwarna coklat, kutikula keras, memendek, dan besegmen.
± 5 hari
Imago
Tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen; bersayap transparan; memiliki mata majemuk biasanya berwarna merah; dan ciri-ciri lainnya menyerupai ciri lalat buah dewasa
± 9 hari


Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003)
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985).
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut:
1.    Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
2.      Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972).
3.      Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
4.      Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.

III.   ALAT DAN BAHAN
ALAT
BAHAN
Gelas bening
Buah Limus
Kasa

Karet

Gunting

Sendok




IV.   LANGKAH KERJA
1.      Pembuatan medium kultur tipe liar dan mutan
a.       Mensterilkan gelas kultur, kasa, pinset, sendok, gunting dengan menggunakan alcohol.
b.      Dengan menggunakan halu dan mortal buah limus dihaluskan.
c.       Memasukkan sebanyak kurang lebih 20 ml medium tersebut kedalam botol kultur, lalu tutuplah dengan sumbat kasa.
d.      Mendiamkan medium kultur pada suhu kamar hingga medium memadat.

2.      Pembuatan kultur Drosophila melanogaster
a.        Meletakan gelas penangkap lalat berisi medium kultur buah limus disembarang tempat. Setelah kira-kira 24 jam akan masuk sejumlah lalat kedalam botol tersebut, lalu segera tutuplah dengan sumbatnya.
b.      Membius lalat hasil tangkapan tersebut menggunakan eter. Kemudian dalam keadaan pingsan, pindahkan lalat kedalam botol kultur. Agar tudak melekat pada medium yang basah, letakan lalat tersebut pada kerucut kertas saring.
c.       Menyimpan kultur pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.

3.      Pengamatan Morfologi Drosophila melanogaster
a.       Menghentakan botol kultur pada bantalan karet atau telapak tangan beberapa kali hingga lalat berjatuhan disekitar dasar botol.
b.      Membuka sumbat botol secepatnya, lalu tempatkan botol esterisasi pada mulut botol kultur.
c.       Membalikan kedudukan botol tersebut ( botol esterisasi dibawah botol kultur ).
d.      Memegang kedua botol erat-erat dan ketuk-ketuklah botol kultur hingga lalat pindah kebotol eterisasi.
e.       Segera setelah lalat pindah kebotol eterisas, menutup botol ini dengan sumbat yang dibubuhi sedikit eter.
f.       Bila lalat sudah terlihat tidak bergerak lagi, menunggu 30 detik, lalu mengeluarkan isi botol kecawan petri untuk dilakukan pengamatan morfologinya.
g.      Untuk memasukannya kembali lalat yang telah diamati dapat digunakan kerucut kertas sebagai sendok.

4.      Pengamatan Daur Hidup Drosophila melanogaster
Mencatat setiap perkembangan lalat Drosophila melanogaster mulai dari telur hingga menjadi lalat dewasa yang menghasilkan telur lagi.




















V.      HASIL PENGAMATAN
Pengamatan Drosophila melanogaster
Fase yang tampak
Ukuran (mm) dan amatan morfologi lainnya yang terlihat
Lamanya Fase (hari/jam)
Prediksi jumlah
Tanggal / Waktu Fase
Fluktuasi Suhu Ruangan
Telur
Bulat elips, ukuran 0,3- 0,5 mm, berwarna krem, ada yang menempel pada dinding botol. Namun kebanyaknan menempel pada tissue medium
± 10 - 13 jam
≥ 300 telur
21/11/09, pkl 04.00
26 ºC Dingin, cuaca subuh
Larva instar 1
Bentuknya lonjong dan panjangdengan ukuran ± 0,5 - 1 mm, berwarna krem, bergerak seperti cacing namun lamban
± 25 jam
± 270 larva
23/ 11/09, pkl. 15.00
28,5 ºC Normal
Larva instar 2
Bentuknya lonjong memenjang dengan ukuran ± 2 – 2,5 mm, berwarna krem agak gelap, bergerak seperti cacing dan mulai lincah, mulutnya mulai berwarna gelap.
± 2 Hari
± 250 Larva instar 2
25/11/09, pkl. 08.00
28,5 ºC Normal
Larva instar 3
Bentuknya lonjong panjang dengan ukuran ± 3 – 5 mm, berwarna putih kekuningan agak gelap, bergerak seperti cacing dan lebih gesit, warna hitam pada mulutnya sangat jelas
± 1,5 hari
± 230 Larva instar 3
27/11/09, pkl. 16.00
30 ºC sedikit panas


Pengamatan Drosophila melanogaster
Fase yang tampak
Ukuran (mm) dan amatan morfologi lainnya yang terlihat
Lamanya Fase (hari/jam)
Prediksi jumlah )
Tanggal / Waktu Fase
Fluktuasi Suhu Ruangan
Prepupa
Berbentuk lebih lonjong dan memendek jika dibandingkan dengan larva instar 3, berwarna putih-putih bening, letaknya pada dinding, terbentuk setelah larva instar 3 bergerak ke atas (dinding botol) dan ketika larva instar 3 sudah tidak aktif lagi. Sebagian kebanyakan terletak di tissue dan melekat dibagian dalam tissue
± 1,5 hari
± 200 Prepupa
28/11/09, pkl. 09.00
26 ºC, Hujan
Pupa
Bentuknya lonjong, warna kecoklatan, tidak aktif bergerak, ukuran sedikit lebih besar dibanding dengan ukuran prepupa, menempel di dinding botol dan sangat banyak pada tissue medium.
± 1,5 hari
± 170 Pupa
2911/09, pkl.22.00
26 ºC, Mendung+ cuaca malam
Imago
Memili bentuk seperti lalat parental, perbedaan terlihat pada warnanya yang keabu-abuan dan ukuran dan lebih kecil, dan pergerakkannya juga belum selincah lalat parental.
± 2 hari
± 140 imago
01/12/09, pkl. 08.00
28 ºC, Normal
Lalat dewasa
Bentuk telah menyerupai lalat dewasa, namun masih dalam ukuran kecil, terus berkembang hingga menjadi seukuran lalat parental
± 5 hari
± 120 lalat dewasa
06/12/09, pkl.13.00
28 ºC, Normal, cuaca panas











Pengamatan Drosophila melanogaster
Telur
Larva
Pupa
Imago
Aa'and nenk




Aa'and nenk
Aa'and nenk
Aa'and nenk

VI.   PEMBAHASAN
Pada pengamatan ini, praktikan mengganti media di dalam botol media. Lalat yang telah dimasukkan ke dalam botol media, mati hanya dalam waktu beberapa jam saja. Hal ini dapat disebabkan karena ketidaklayakan media yang pertama kali diberikan. Karena telah dicampur beberapa bahan untuk mencegah kontaminasi mutan lain seperti bakteri, tungau, atau jamur. Alkohol yang berasal dari bahan anti jamur menyebabkan lalat tidak dapat bertahan lama.
Media dalam botol akhirnya diganti dengan pisang ambon bulu busuk yang dilumatkan. Kemudian, lalat dimasukkan ke dalam botol media pada pukul 09.00. Jumlah lalat yang dimasukkan ke dalam botol media sekitar 13 ekor. Pada tanggal 10 september 2008 pukul 04.00 mulai ditemukan beberapa bercak-bercak putih. Menurut literatur, bercak-bercak putih berukuran kurang dari 0.5 mm tersebut tidak lain adalah telur dari Drosophila melanogaster. Pengamatan dilanjutkan lagi hingga mulai muncul larva instar 1 setelah 2 hari. Larva instar 1 berukuran kurang lebih 0.5 mm, berwarna putih, dan terlihat adanya pergerakan (motil). Perubahan berikutnya terlihat saat larva instar 1 mulai membesar ukurannya pada hari ke 3, inilah yang disebut larva instar 2. Selain itu, pergerakannya terlihat lebih aktif dibanding larva instar 1. Saat mengamati munculnya larva instar 2, terlihat adanya kontaminasi jamur. Hari berikutnya, ukuran larva makin bertambah besar dan fase larva instar 3 mulai muncul. Pergerakan larva ini aktif di atas media maupun di dinding botol. Saat pengamatan larva instar 3, media di dalam botol mengalami kenaikan permukaan akibat gas yang menekan di bagian dasar. Gas tersebut diperkirakan dari adanya hasil fermentasi oleh jamur yang tumbuh di sekitar permukaan media. Namun setelah larva berubah menjadi larva instar 3, jamur yang ada di permukaan media menghilang. Larva-larva tersebut yang memakan jamur yang tumbuh di atas permukaan media. Namun, setelah hilangnya jamur bagian dasar media mulai berair. Selanjutnya, larva instar 3 mulai melakukan pergerakan ke bagian atas botol, mengurangi pergerakannya dan diam menempel pada bagian dinding atas botol. Larva instar 3 ini mulai akan berubah menjadi prepupa yang berwarna putih. Prepupa kemudian berubah menjadi fase pupa. Dan imago pun akhirnya muncul setelah 10 hari lamanya.
Waktu yang diperlukan Drosophila melanogaster untuk pergiliran yang dilakukan praktikan 2 adalah 8 hari. Lamanya perubahan telur menjadi imago dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu lingkungan (rendah, ideal atau tinggi) dan perlakuan yang diberikan masing-masing praktikan seperti pemberian intensitas cahaya (botol diletakkan di tempat gelap atau terang).
Dalam mengembangbiakkan Drosophila melanogaster dalam botol medium teramati adanya kontaminasi dengan tumbuhnya jamur diatas medium buah pisang ambon bulu busuk yang dilumatkan. Hal ini disebabkan karena media semakin membusuk. Selain itu, beberapa saat botol sempat ditaruh di tempat yang cukup lembab (di dalam lemari). Namun, setelah beberapa waktu dilakukan pengamatan kembali, jamur yang tumbuh di atas medium buah tersebut menghilang karena Drosophila memakan jamur yang tumbuh dalam medium buah dalam botol. Hal ini memperlihatkan bahwa Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.
Pada pengamatan, praktikan perlu mengetahui dan mempelajari siklus hidup Drosophila melanogaster sebelumnya. Dengan mempelajari siklus hidupnya, akan lebih mudah untuk diamati fase-fase pergiliran keturunannya dan mudah diamati proses penurunan sifatnya. Genom Drosophila memiliki kemiripan 77% dengan genom pada manusia, hal ini yang menyebabkan Drosophila melanogaster sebagai model yang ideal untuk dipelajari. Selain itu, juga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan jangka hidup manusia dan mempelajari mortalitas manusia.

VII.KESIMPULAN
1.    Tahapan-tahapan fase pertumbuhan Drosophila melanogaster adalah; telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – prepupa – pupa – imago
2.    Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar1 sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva instar 3 sekitar 1 hari, prepupa 2 hari, dan pupa 3 hari. Lama siklus hidup lalat 1. Drosophila melanogaster sejak telur menjadi imago adalah selama 10 hari. Lama perubahan dari telur menjadi imago bervariasi tergantung kondisi lingkungan termasuk suhu lingkungan, pencahayaan, kepadatan dan ketersediaan makanan.
3.    Dalam memelihara Drosophila melanogaster, botoL media diusahakan berada pada kondisi lingkungan yang ideal yaitu sekitar 25°C. Selain itu, perlu diperhatikan ketersediaan media makanannya. Jumlah Drosophila melanogaster yang dimasukkan ke dalam botol cukup beberapa pasang saja sehingga memberikan ruang pada Drosophila melanogaster untuk hidup. Botol media juga sebaiknya diletakkan di tempat dengan cahaya remang-remang yang tidak terlalu besar intensitas cahayanya.































DAFTAR PUSTAKA
Shorrocks, B. 1972. Drosophila. London: Ginn & Company Limited.
Lindsley, Dan. 1992. The Genome of Drosophila melanogaster. California: Academic Press Inc,.
Hartwell,L.H, Hood, L.,Goldberg,.,Reynolds, Silver, Veres. 2004. Genetics From Genes To Genoms second edition. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company LTD.
Borror.J.D,Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring Harbor Laboratory Press.
Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan Biologi Universitas Padjdjaran.

Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with Drosophila. London: John Wiley and Sons, inc..

Wheeler, MR. 1981. The Drosophilidae: a taxonomic overview. In: The genetics and biology of Drosophila (Ashburner M, Carson HL and Thompson JN Jr, eds). New York: Academic Press.

Dirk rieger et al. 2007. The Fruit Fly Drosophila melanogaster Favors Dim Light and Times its Activity Peaks to Early Dawn and Late Dusk, http://intl jbr.sagepub.com/cgi/content/abstract/22/5/387, diakses pada 1 Desember 2011.

Ashburner, Michael. 2002. Drosophila Genomics and Speciation. http://www.gen.cam.ac.uk/Research/ashburner. diakses tanggal 1 Desember 2011.

Whitington, Prof. Paul. 2005. Our Model: The Fruitfly Drosophila melanogaster.



Rounded Rectangle: MUTANRounded Rectangle: JANTANLAMPIRAN-LAMPIRAN HASIL PENGAMATAN Drosophila melanogaster






lalat


 









Rounded Rectangle: BETINA
 



Jantan                                               Betina
Abdomen dan Tanda pada abdomen
                  




08032010800Sex comb pada jantan


Sex comb D. melanogaster
PROFIL PENULIS

Eltra Cyta Ocktora, lahir di Bandung, Jawa Barat pada 20 Oktober 1990, seorang mahasiswi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon Jurusan IPA-Biologi kelas D semester IV. Lulus Sekolah dasar pada tahun 2003, dan lulus Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2006, dan lulus Sekolah Menengah Atas pada tahun 2008. Dan sejak lulus pernah mengabdi di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia(PKBI) yang berada dibawah naungan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang konsen pada kenakalan remaja dan kesehatan reproduksi remaja. Selain itu aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Posil Wali kota Cirebon, Dan aktif disalah satu organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Cirebon.



0 komentar:

Posting Komentar