LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
PENGGUNAAN
LALAT Drosophila melanogaster SEBAGAI
ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA
Disusun Oleh :
Nama : Eltra Cyta Ocktora
NIM : 59461264
Kelas : IPA Biologi D / Smt VI
Asisten : Lulus Lusiana
Anisa
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2011
PENGGUNAAN
LALAT Drosophila melanogaster SEBAGAI
ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA
I.
TUJUAN
1.
Mengetahui
tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.
2.
Mengetahui lama dari
tiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.
3.
Mengetahui cara
menangani dan memelihara Drosophila melanogaster.
II. LANDASAN
TEORI
Drosophila melanogaster
merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan busuk.
Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan
perilaku hewan.
Berikut
merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992):
Kingdom
|
Animalia
|
Phyllum
|
Arthropoda
|
Kelas
|
Insecta
|
Ordo
|
Diptera
|
Famili
|
Drosophilidae
|
Genus
|
Drosophila
|
Spesies
|
Drosophila melanogaster
|
Selain
itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha
(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks)
dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari
bagian anterior pupa (Wheeler, 1981).
Lalat
buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang
teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks,
dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai
poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral
(punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di
dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini
bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan
akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.
Adapun
ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:
1.
Warna tubuh kuning
kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2.
Berukuran kecil, antara
3-5 mm.
3.
Urat tepi sayap (costal
vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
4.
Sungut (arista) umumnya
berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5.
Crossvein posterior
umumnya lurus, tidak melengkung.
6.
Mata majemuk berbentuk
bulat agak ellips dan berwana merah.
7.
Terdapat mata oceli
pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
8.
Thorax berbulu-bulu
dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
9.
Sayap panjang, berwarna
transparan, dan posisi bermula dari thorax.
Sedangkan ciri-ciri
yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain;
Betina
|
Jantan
|
1. Ukuran tubuh lebih besar dari jantan
|
1. Ukuran tubuh lebih kecil dari betina
|
2. Sayap lebih panjang dari sayap jantan
|
2. Sayap lebih pendek dari sayap betina
|
3. Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb)
|
3. Terdapat sisir kelamin (sex comb)
|
4. Ujung abdomen runcing
|
4. Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam
|
Metamorfosis
pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar
I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase pe rkembangan dari telur
Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih j elas pada gambar di
bawah ini.
Tahap-tahap dari siklus hidup
Dhrosophila melanogaster berikut ciri-cirinya, antara lain :
Tahapan
|
Ciri-Ciri
|
Umur
|
Telur
|
Berbentuk
bulat lonjong, ukuran sekitar ± 0.5 mm, berwarna putih susu, pada ujung
anteriornya terdapat dua tangkai kecil menyerupai sendok yang berfungsi agar
telur tidak tenggelam, biasanya terdapat pada permukaan media.
|
±
24 jam
|
Larva
instar 1
|
Berbentuk
lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk
dan bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior.
|
|
Larva
instar 2
|
Berbentuk
lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2 mm, bersegmen, berbentuk dan
bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam untuk makan,
memiliki spirakel anterior.
|
±
2 hari
|
Tahapan
|
Ciri-ciri
|
Umur
|
Larva
instar 3
|
Berbentuk
lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan
bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar
dan jelas terlihat dibanding larva instar 2, memiliki spirakel anterior dan
terdapat beberapa tonjolan pada spirakel anteriornya.
|
±
3 hari
|
Prepupa
|
Terbentuk
setelah larva instar 3 merayap pada dinding botol, tidak aktif, melekatkan
diri; berwarna putih; kutikula keras dan memendek; tanpa kepala dan sayap
|
±
4 hari
|
Pupa
|
Tidak
aktif dan melekatkan diri pada dinding botol, berwarna coklat, kutikula
keras, memendek, dan besegmen.
|
±
5 hari
|
Imago
|
Tubuh
terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen; bersayap transparan; memiliki mata
majemuk biasanya berwarna merah; dan ciri-ciri lainnya menyerupai ciri lalat
buah dewasa
|
±
9 hari
|
Perkembangan
dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada
saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24
jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan
(Silvia, 2003)
Periode
kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago
(fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Telur
Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di
permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi
lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur
perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur
Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang
mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian
luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit
bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992).
Larva
Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea,
terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior
(Silvia, 2003).
Saat
kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk
mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas
dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut
instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit
pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut
hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan
hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga
merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti
bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva
terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali
dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar
II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner,
1985).
Selama
makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak
saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang
dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam
botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti
lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat
larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi
keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi
pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium
(bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium
pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva
berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985).
Struktur
dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang
sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa)
disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari
anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).
Dewasa
pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia
sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan
sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah
berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari
lalat buah jantan.
Pada
ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur.
Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang
dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera
berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster
diantaranya sebagai berikut:
1.
Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami
siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah
suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus
secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan
lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan
steril.
2.
Ketersediaan Media Makanan
Jumlah
telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila
kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan
larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun
sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi
dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur
ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina (Shorrocks, 1972).
3.
Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol
medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat.
Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak
terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster
dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu
dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol
medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan
meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
4. Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya
remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di
tempat yang gelap.
III. ALAT DAN
BAHAN
ALAT
|
BAHAN
|
Gelas bening
|
Buah Limus
|
Kasa
|
|
Karet
|
|
Gunting
|
|
Sendok
|
IV. LANGKAH
KERJA
1.
Pembuatan medium
kultur tipe liar dan mutan
a.
Mensterilkan gelas
kultur, kasa, pinset, sendok, gunting dengan menggunakan alcohol.
b.
Dengan
menggunakan halu dan mortal buah limus dihaluskan.
c.
Memasukkan
sebanyak kurang lebih 20 ml medium tersebut kedalam botol kultur, lalu tutuplah
dengan sumbat kasa.
d.
Mendiamkan
medium kultur pada suhu kamar hingga medium memadat.
2.
Pembuatan kultur
Drosophila melanogaster
a.
Meletakan gelas penangkap lalat berisi medium
kultur buah limus disembarang tempat. Setelah kira-kira 24 jam akan masuk
sejumlah lalat kedalam botol tersebut, lalu segera tutuplah dengan sumbatnya.
b.
Membius lalat
hasil tangkapan tersebut menggunakan eter. Kemudian dalam keadaan pingsan,
pindahkan lalat kedalam botol kultur. Agar tudak melekat pada medium yang
basah, letakan lalat tersebut pada kerucut kertas saring.
c.
Menyimpan kultur
pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
3.
Pengamatan
Morfologi Drosophila melanogaster
a.
Menghentakan
botol kultur pada bantalan karet atau telapak tangan beberapa kali hingga lalat
berjatuhan disekitar dasar botol.
b.
Membuka sumbat
botol secepatnya, lalu tempatkan botol esterisasi pada mulut botol kultur.
c.
Membalikan
kedudukan botol tersebut ( botol esterisasi dibawah botol kultur ).
d.
Memegang kedua
botol erat-erat dan ketuk-ketuklah botol kultur hingga lalat pindah kebotol
eterisasi.
e.
Segera setelah
lalat pindah kebotol eterisas, menutup botol ini dengan sumbat yang dibubuhi
sedikit eter.
f.
Bila lalat sudah
terlihat tidak bergerak lagi, menunggu 30 detik, lalu mengeluarkan isi botol
kecawan petri untuk dilakukan pengamatan morfologinya.
g.
Untuk
memasukannya kembali lalat yang telah diamati dapat digunakan kerucut kertas
sebagai sendok.
4.
Pengamatan Daur
Hidup Drosophila melanogaster
Mencatat setiap perkembangan
lalat Drosophila melanogaster mulai dari telur hingga menjadi lalat dewasa yang
menghasilkan telur lagi.
V. HASIL
PENGAMATAN
Pengamatan Drosophila
melanogaster
|
|||||||||
Fase yang tampak
|
Ukuran (mm) dan amatan morfologi
lainnya yang terlihat
|
Lamanya Fase (hari/jam)
|
Prediksi jumlah
|
Tanggal / Waktu Fase
|
Fluktuasi Suhu Ruangan
|
||||
Telur
|
Bulat elips, ukuran 0,3- 0,5 mm, berwarna krem, ada yang
menempel pada dinding botol. Namun kebanyaknan menempel pada tissue medium
|
± 10 - 13 jam
|
≥ 300 telur
|
21/11/09,
pkl 04.00
|
26
ºC Dingin, cuaca subuh
|
||||
Larva instar 1
|
Bentuknya lonjong dan panjangdengan ukuran ± 0,5 - 1 mm,
berwarna krem, bergerak seperti cacing namun lamban
|
± 25 jam
|
± 270 larva
|
23/
11/09, pkl. 15.00
|
28,5
ºC Normal
|
||||
Larva instar 2
|
Bentuknya lonjong memenjang dengan ukuran ± 2 – 2,5 mm, berwarna
krem agak gelap, bergerak seperti cacing dan mulai lincah, mulutnya mulai
berwarna gelap.
|
± 2 Hari
|
± 250 Larva instar 2
|
25/11/09,
pkl. 08.00
|
28,5
ºC Normal
|
||||
Larva instar 3
|
Bentuknya lonjong panjang dengan ukuran ± 3 – 5 mm, berwarna
putih kekuningan agak gelap, bergerak seperti cacing dan lebih gesit, warna
hitam pada mulutnya sangat jelas
|
± 1,5 hari
|
± 230 Larva instar 3
|
27/11/09,
pkl. 16.00
|
30
ºC sedikit panas
|
||||
Pengamatan Drosophila melanogaster
|
|||||||||
Fase yang tampak
|
Ukuran (mm) dan
amatan morfologi lainnya yang terlihat
|
Lamanya Fase
(hari/jam)
|
Prediksi jumlah )
|
Tanggal / Waktu Fase
|
Fluktuasi Suhu
Ruangan
|
||||
Prepupa
|
Berbentuk lebih lonjong dan memendek jika dibandingkan dengan
larva instar 3, berwarna putih-putih bening, letaknya pada dinding, terbentuk
setelah larva instar 3 bergerak ke atas (dinding botol) dan ketika larva
instar 3 sudah tidak aktif lagi. Sebagian kebanyakan terletak di tissue dan
melekat dibagian dalam tissue
|
± 1,5 hari
|
± 200 Prepupa
|
28/11/09, pkl. 09.00
|
26 ºC, Hujan
|
||||
Pupa
|
Bentuknya lonjong, warna kecoklatan, tidak aktif bergerak,
ukuran sedikit lebih besar dibanding dengan ukuran prepupa, menempel di
dinding botol dan sangat banyak pada tissue medium.
|
± 1,5 hari
|
± 170 Pupa
|
2911/09, pkl.22.00
|
26 ºC, Mendung+ cuaca malam
|
||||
Imago
|
Memili bentuk seperti lalat parental, perbedaan terlihat pada
warnanya yang keabu-abuan dan ukuran dan lebih kecil, dan pergerakkannya juga
belum selincah lalat parental.
|
± 2 hari
|
± 140 imago
|
01/12/09, pkl. 08.00
|
28 ºC, Normal
|
||||
Lalat dewasa
|
Bentuk telah menyerupai lalat dewasa, namun masih dalam ukuran
kecil, terus berkembang hingga menjadi seukuran lalat parental
|
± 5 hari
|
± 120 lalat dewasa
|
06/12/09, pkl.13.00
|
28 ºC, Normal, cuaca panas
|
||||
Pengamatan Drosophila
melanogaster
Telur
|
Larva
|
Pupa
|
Imago
|
VI. PEMBAHASAN
Pada
pengamatan ini, praktikan mengganti media di dalam botol media. Lalat yang
telah dimasukkan ke dalam botol media, mati hanya dalam waktu beberapa jam
saja. Hal ini dapat disebabkan karena ketidaklayakan media yang pertama kali
diberikan. Karena telah dicampur beberapa bahan untuk mencegah kontaminasi
mutan lain seperti bakteri, tungau, atau jamur. Alkohol yang berasal dari bahan
anti jamur menyebabkan lalat tidak dapat bertahan lama.
Media
dalam botol akhirnya diganti dengan pisang ambon bulu busuk yang dilumatkan.
Kemudian, lalat dimasukkan ke dalam botol media pada pukul 09.00. Jumlah lalat
yang dimasukkan ke dalam botol media sekitar 13 ekor. Pada tanggal 10 september
2008 pukul 04.00 mulai ditemukan beberapa bercak-bercak putih. Menurut
literatur, bercak-bercak putih berukuran kurang dari 0.5 mm tersebut tidak lain
adalah telur dari Drosophila melanogaster. Pengamatan
dilanjutkan lagi hingga mulai muncul larva instar 1 setelah 2
hari. Larva instar 1 berukuran kurang lebih 0.5 mm, berwarna putih, dan
terlihat adanya pergerakan (motil). Perubahan berikutnya terlihat saat larva
instar 1 mulai membesar ukurannya pada hari ke 3, inilah yang disebut larva
instar 2. Selain itu, pergerakannya terlihat lebih aktif dibanding
larva instar 1. Saat mengamati munculnya larva instar 2, terlihat adanya
kontaminasi jamur. Hari berikutnya, ukuran larva makin bertambah besar dan fase
larva instar 3 mulai muncul. Pergerakan larva ini aktif di
atas media maupun di dinding botol. Saat pengamatan larva instar 3, media di
dalam botol mengalami kenaikan permukaan akibat gas yang menekan di bagian
dasar. Gas tersebut diperkirakan dari adanya hasil fermentasi oleh jamur yang
tumbuh di sekitar permukaan media. Namun setelah larva berubah menjadi larva
instar 3, jamur yang ada di permukaan media menghilang. Larva-larva tersebut
yang memakan jamur yang tumbuh di atas permukaan media. Namun, setelah
hilangnya jamur bagian dasar media mulai berair. Selanjutnya, larva instar 3
mulai melakukan pergerakan ke bagian atas botol, mengurangi pergerakannya dan
diam menempel pada bagian dinding atas botol. Larva instar 3 ini mulai akan
berubah menjadi prepupa yang berwarna putih. Prepupa kemudian
berubah menjadi fase pupa. Dan imago pun
akhirnya muncul setelah 10 hari lamanya.
Waktu
yang diperlukan Drosophila melanogaster untuk pergiliran yang
dilakukan praktikan 2 adalah 8 hari. Lamanya perubahan telur menjadi imago
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu lingkungan (rendah, ideal atau
tinggi) dan perlakuan yang diberikan masing-masing praktikan seperti pemberian
intensitas cahaya (botol diletakkan di tempat gelap atau terang).
Dalam
mengembangbiakkan Drosophila melanogaster dalam botol medium teramati
adanya kontaminasi dengan tumbuhnya jamur diatas medium buah pisang ambon bulu
busuk yang dilumatkan. Hal ini disebabkan karena media semakin membusuk. Selain
itu, beberapa saat botol sempat ditaruh di tempat yang cukup lembab (di dalam
lemari). Namun, setelah beberapa waktu dilakukan pengamatan kembali, jamur yang
tumbuh di atas medium buah tersebut menghilang karena Drosophila
memakan jamur yang tumbuh dalam medium buah dalam botol. Hal ini memperlihatkan
bahwa Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak
berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.
Pada pengamatan, praktikan perlu mengetahui dan
mempelajari siklus hidup Drosophila melanogaster sebelumnya. Dengan
mempelajari siklus hidupnya, akan lebih mudah untuk diamati fase-fase pergiliran
keturunannya dan mudah diamati proses penurunan sifatnya. Genom Drosophila memiliki kemiripan 77% dengan genom pada manusia,
hal ini yang menyebabkan Drosophila melanogaster
sebagai model yang ideal untuk dipelajari. Selain itu, juga dapat diaplikasikan
untuk meningkatkan jangka hidup manusia dan mempelajari mortalitas manusia.
VII.KESIMPULAN
1.
Tahapan-tahapan fase
pertumbuhan Drosophila melanogaster adalah; telur – larva instar I –
larva instar II – larva instar III – prepupa – pupa – imago
2.
Lama fase telur sekitar
19 jam, larva instar1 sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva
instar 3 sekitar 1 hari, prepupa 2 hari, dan pupa 3 hari. Lama siklus hidup
lalat 1. Drosophila melanogaster
sejak telur menjadi imago adalah selama 10 hari. Lama perubahan dari telur
menjadi imago bervariasi tergantung kondisi lingkungan termasuk suhu lingkungan, pencahayaan, kepadatan dan ketersediaan makanan.
3.
Dalam memelihara
Drosophila melanogaster, botoL media diusahakan berada pada kondisi lingkungan
yang ideal yaitu sekitar 25°C. Selain itu, perlu diperhatikan ketersediaan
media makanannya. Jumlah Drosophila melanogaster yang dimasukkan ke
dalam botol cukup beberapa pasang saja sehingga memberikan ruang pada Drosophila
melanogaster untuk hidup. Botol media juga sebaiknya diletakkan di tempat
dengan cahaya remang-remang yang tidak terlalu besar intensitas cahayanya.
DAFTAR PUSTAKA
Shorrocks,
B. 1972. Drosophila. London: Ginn & Company Limited.
Lindsley,
Dan. 1992. The Genome of Drosophila melanogaster. California: Academic
Press Inc,.
Hartwell,L.H,
Hood, L.,Goldberg,.,Reynolds, Silver, Veres. 2004. Genetics From Genes To
Genoms second edition. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company LTD.
Borror.J.D,Triplehorn.
1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press.
Ashburner,
Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring
Harbor Laboratory Press.
Silvia,
Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida
Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan Biologi
Universitas Padjdjaran.
Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with Drosophila. London: John Wiley and Sons, inc..
Wheeler, MR. 1981. The Drosophilidae: a taxonomic overview. In: The genetics and biology of Drosophila (Ashburner M, Carson HL and Thompson JN Jr, eds). New York: Academic Press.
Dirk rieger et al. 2007. The Fruit Fly Drosophila melanogaster Favors Dim Light and Times its Activity Peaks to Early Dawn and Late Dusk, http://intl jbr.sagepub.com/cgi/content/abstract/22/5/387, diakses pada 1 Desember 2011.
Ashburner, Michael. 2002. Drosophila Genomics and Speciation. http://www.gen.cam.ac.uk/Research/ashburner. diakses tanggal 1 Desember 2011.
Whitington, Prof. Paul. 2005. Our Model: The Fruitfly Drosophila melanogaster.
LAMPIRAN-LAMPIRAN HASIL
PENGAMATAN Drosophila melanogaster
Jantan Betina
Abdomen dan
Tanda pada abdomen
Sex comb pada jantan
Sex
comb D. melanogaster
PROFIL PENULIS
Eltra Cyta
Ocktora, lahir di Bandung, Jawa Barat pada 20 Oktober 1990, seorang mahasiswi
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon Jurusan IPA-Biologi
kelas D semester IV. Lulus Sekolah dasar pada tahun 2003, dan lulus Sekolah
Menengah Pertama pada tahun 2006, dan lulus Sekolah Menengah Atas pada tahun
2008. Dan sejak lulus pernah mengabdi di Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia(PKBI) yang berada dibawah naungan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang konsen pada kenakalan remaja dan kesehatan reproduksi
remaja. Selain itu aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Posil Wali kota
Cirebon, Dan aktif disalah satu organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang
Cirebon.
0 komentar:
Posting Komentar